I.SEKILAS TEORI
DIALEKTIKA FUNDAMENTAL
Tercipta atau terwujudnya suatu
kebudayaan adalah sebagai hasil interaksi antara manusia dengan segala isi alam
raya ini. Manusia yang telah dilengkapi Tuhan dengan akal dan pikirannya
menjadikan mereka khalifah di muka bumi dengan diberikannya kemampuan daya
manusia.
Manusia
memiliki kemampuanYang ada dalam diri manusia semacam daya kemampuan akal,
intelegensia, dan intuisi; perasaan dan emosi; kemauan; fantasi; dan perilaku
sebagai makhluk yang berkehendak dan memiliki abdomen terhadap sesuatu
Dengan
sumber-sumber kemampuan daya manusia tersebut, nyatalah bahwa manusia
menciptakan kebudayaan. Tentang adanya hubungan dialektika antara manusia dan
kebudayaan. Kebudayaan adalah produk manusia, namun manusia itu sendiri adalah
produk kebudayaan. Dengan kata lain, kebudayaan ada karena ada manusia sebagai
penciptanya dan manusia dapat hidup di tengah kebudayaan yang diciptakannya.
Kebudayaan akan terus hidup manakala ada manusia sebagai actor pendukungnya. Dialektika
ini didasarkan pada pendapat Peter L. Berger, yang menyebutkan sebagai dialektika fundamental. Dialektika
fundamental ini terdiri dari tiga tahap; 1). Tahap eksternalisasi, 2). Tahap
objektivasi, dan 3). Tahap internalisasi
II.
MACAM – MACAM TEORI FUNDAMENTAL MENURUT PETER L.BURGER.
Dialektika fundamental terdiri dari 3
tahap:
1.
Obyektivitas disebut adalah tahap aktivitas manusia menghasilkan
suatu realita objektif, yang berada di luar diri manusia atau sebagai upaya re-definisi nilai yang sudah ada pada
kepercayaan dalam kesadaran diri manusia. Dalam tahap ini, muncul pertanyaan
kritis tentang fungsi, materi, dan beberapa hal lain terkait dengan nilai yang
sudah dipahami tersebut. Hasil perenungan kembali yang terkadang dibumbuhi
dengan tindakan kontemplatif ini, terkadang melahirkan proposisi nilai atau
pemahaman baru yang secara subyektif dianggap lebih baik dari
proposisisebelumnya.
2.
Internalisasi adalah tahap di
mana realitas objektif hasil ciptaan manusia yang diserap oleh manusia kembali.
Jadi, ada hubungan berkelanjutan antara realitas internal dengan realitas
eksternal atau proses pemasukan nilai pada seseorang yang
akan membentuk pola pikirnya dalam melihat makna realitas pengalaman.
Nilai-nilai tersebut bisa jadi dari berbagai aspek baik agama, budaya, norma
sosial dll. Pemaknaan atas nilai inilah yang mewarnai pemaknaan dan penyikapan
manusia terhadap diri, lingkungan dan kenyataan di sekelilingnya.
3.
Eksternalisasi adalah Tahap
eksternalisasi adalah proses pencurahan diri manusia secara terus-menerus ke
dalam dunia melalui aktivitas fisik dan mental atau usaha
ekspresi manusia atas re-definisinya terhadap nilai yang selama ini diyakini
sebagai kebenaran. Ekspresi ini diwujudkan kepada orang lain atau kelompok yang
secara kuantitatif lebih besar dengan tujuan untuk mewarnai atau bahkan dalam
kondisi ekstrim merubah nilai-nilai semula dengan nilai baru yang diyakini
kebenarannya. Tokoh atau kelompok yang merasa memiliki proposisi keyakinan baru
seperti ini reralif militan.
III.URAIAN
TAHAPAN DIALEKTIKA FUNDAMENTAL
MENURUT PETER.L. BERGER
a)
Eksternalisasi, adalah suatu pencurahan kedirian
manusia secara terus menerus ke dalam dunia, baik dalam aktivitas fisik maupun
mentalnya. Dalam pembangunan dunia, manusia karena aktifitas-sktifitasnya
menspesialisasikan dorongan-dorongannya dan memberikan stabilitas pada dirinya
sendiri. Karena secara biologis manusia tidak memiliki dunia-manusia maka dia
membangun suatu dunia manusia. Manusia menciptakan berbagai jenis alat untuk
mengubah lingkungan fisik dan alam dalam kehendaknya. Manusia juga menciptakan
bahasa dimana melalui bahasa manusia membangun suatu dunia simbol yang meresapi
semua aspek kehidupannya. Sama seperti kehidupan materialnya, masyarakat juga
sepenuhnya produk manusia. Pemahaman atas masysrakat sebagai suatu produk
aktifitas manusia sebagaimana berakar pada eksternalisasi menjadi penting
mengingat kenyataan bahwa masyarakat tampak dalam pengertian sehari-hari
sebagai sesuatu yang berbeda dari aktifitas manusia. Transformasi produk-produk
manusia kedalam suatu dunia tidak saja berasal dari manusia tetapi juga
kemudian mengahadapi manusia sebagai suatu faktisitas diluar dirinya
sebagaimana diletakkan dalam konsep objektivasi.
Misalnya
: ariel peterpan sebagai artis membuat sensasi ke public dengan menampilkan
trend-trend baru, sehingga public dapat menirunya atau bisa menjadi inspirasi
untuk public. Jadi, secara tidak langsung ariel peterpan telah mengeksternalisasi
kepada public
b)
Objektivasi adalah disandangnya produk-produk
aktifitas itu (baik fisik maupun mental), suatu realitas yang berhadapan dengan
para produsennya semula, dalam bentuk suatu kefaktaan (faktisitas) yang
eksternal terhadap dan lain dari produsen itu sendiri. Dunia yang diproduksi
oleh manusia kemudian menjadi sesuatu ”yang berada di luar sana”. Dunia ini
terdiri dari benda-benda, baik materiil maupun non materiil yang mampu
menentang kehendak produsennya. Sekali sudah tercipta maka dunia ini tidak bisa
diabaikan begitu saja.
Objekt ivitas pemaksa dari masyarakat tersebut
terlihat jelas dalam prosedur-prosedur kontrol sosial, yaitu prosedur-prosedur
yang khusus dimaksudkan untuk memasyarakatkan kembali individu-individu atau
kelompok pembangkang. Lembaga-lembaga politik dan hukum dapat memberi contoh
jelas mengenai hal ini. Objektivitas masyarakat mencakup semua unsur
pembentuknya. Lembaga-lembaga, peran-peran dan identitas –identitas eksis
sebagai fenomena-fenomena nyata secara objektif dalam dunia sosial meskipun
semua itu tidak lain adalah produk-produk manusia.
Misalnya
: media massa meliput ariel peterpan, sehingga muncul lah pemberitaan tentang
trend-trend ariel peterpan di media electronik maupun media massa. Lalu
masyarakat menanggapi pemberitaan tersebut dan muncullah pemikiran public bahwa
berita tersebut benar dan bagus. Sehingga public mengikutinya.
c)
Internalisasi adalah
peresapan kembali ralitas tersebut oleh manusia, dan mentransformasikannya
sekali lagi dari struktur-struktur dunia objektif ke dalam struktur-struktur
kesadaran subjektif. Melalui objektivasi maka masyarakat menjadi suatu realitas
sui generis, unik. Melalui internalisas, maka manusia merupakan
produk masyarakat.
Misalnya:
saya meniru gaya pakaian ariel peterpan yang sedang ngetrend saat ini, Secara
tidak langsung saya telah menginternalisasi diri saya sendiri, karena
mengikuoti trend ariel.
III.KESIMPULAN
Kebudayaan mempunyai kegunaanyang
sangat besar bagi manusia. Bermacam-macam kekuatan yang harus di hadapi
masyarakat dan anggotanya seperti kekuatan alam maupun kekuatan lain yang tidak
selalu baiknya. Kecuali itu, manusia masih memerlukan kepuasan baik di bidang
spiritual maupun material. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dipenuhi oleh
kebudayaan yang bersumber pada msayarakat itu sendiri.
Manusia merupakan makhluk yang
berbudaya, melalui akalnya manusia dapat mengembangkan kebudayaan. Begitu pula
manusia hidup dan tergantung pada kebudayaan sebagai hasil ciptaannya.
Kebudayaan juga memberikan aturann bagi manusia dalam mengolahnya serta menjaga
kebudayaannya.
Kebudayaan mempunyai fungsi yang
besar bagi manusia dan masyarakat, berbagai macam kekuatan harus dihadapi
manusia dan masyarakt seperti kekuatan alam dan kekuatan lainnya. Karena dengan
adanya niilai-nilai kemanusiaan yang ada merupakan suatu hal yang dapat
memanusiakan manusia atau bisa dikatakan juga kembali
kepada fitrah manusia untuk menciptakan kebudayaan sebagai actor kebudayaan.